Sabtu, 22 Desember 2018

MAKALAH DASAR-DASAR AKHLAK, SERTA KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM


DASAR-DASAR AKHLAK, SERTA KEDUDUKAN  AKHLAK DALAM ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah Akhlak
Dosen Pengampu: Zaenuddin, M.Pd.I.


Disusun oleh;
1.    Ali Mustakim                      (171310003757)
2.    Yasmin                               (171310003826)
3.    Sri Iftiana seftiani               (171310003771)
4.    Eka Cahya Pramudita         (171310003929)

                 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU)
JEPARA 2018

Kata Pengantar

Bismillahir rohmanir rohim
Assalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh
Ucapan syukur alhamdulillah kami getarkan lisan ini atas karunia dan taufiqnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini walaupun masih jauh dari kesempurnaan apa lagi yang paling sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan semata hanya milik Allah subhanahu wa ta’ala. Sholawat bertangkaikan salam berakarkan sayang dan rindu senantiasa membasahi bibir kita, teruntuk ke haribaan nabi agung Muhammad shollallahu ‘alaihi wa salam. Dari ucapan, perbuatan, dan ketetapan beliaulah Allah memudahkan kita umat Muhammad untuk dapat memahami Al Qur’an, mengamalkannya, dan meraih ridloNya, amin yaa robbal ‘alamin.
Makalah ini kami selesaikan tidak lepas dari beberapa sumber dan bantuan rekan dan dosen. Namun keluar dari hal tersebut, Penyelesaian makalah yang kurang dari sempurna ini senantiasa mengharap kesediaan para pembaca untuk berkenan membenarkan, sehingga bisa menjadi koreksi karya kami ini, supaya ke depannya bisa lebih bagus.
Semoga makalah yang kami sajikan ini bisa bermanfaat pada segenap pembaca, sehinga harapan kami, karya tulis kami ini dapat menjadi investasi dan sebab dapat membanggakan kami nanti di Akhirat. Amin ya mujibas sailiin.
Wassalamu’alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh
Jepara, 25 September 2018

Penyusun

Daftar Isi













Dalam ajaran islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa alquran dan Sunnah nabi Muhammad  shollallhu ‘alaihi wassalam. Baik dan buruk dalam akhlak islam ukurannya  adalah baik dan buruk menurut kedua sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurutukuran manusia. sebab jika ukurannya manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.[6] Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu bai, tapi orang lain belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk, padahal yang lainnya menyebut sesuatu itu baik. Semua ummat islam sepakat pada kedua dasar pokok tersebut itu ( Alquran dan Assunnah) sebagai dalil naqli yang tinggl mentransfernya dari Alloh ta’ala dan RosulNya. Keduanya sampai sekarang masih terjaga keautentikannya, kecuali hadits nabi yang banyak ditemukan hadits-hadits yang palsu.
قال تعالى : يَأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيْرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُوا عَنْ كَثِيرٍ چ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِيْنٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16) المائدة: 15-16
artinya:
“Dan apa  yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Allah amat keras hukumnya”.
قَالَ تَعَالَى: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا (21) الأحزاب : 21
artinya:
“Sungguh, telah ada dalam diri Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak berdzikir pada Alloh”.

Untuk menentukan kedudukan akhlak dalam ajaran islam, apakah termasuk akhlak mahmudah (mulia) atau akhlak madzmumah( tercela), sebagaimana keseluruan ajaran agama islam yang lain, sumbernya adalah Alquran dan Assunah. Penentuan mahmudah atau mazmumah  aatau dengan istilah baik dan buruk dalam kedudukan akhlak dalam islam itu ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurut ukuran rasio manusia. Di antara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah, thoyyibah, khoiriyah, karimah, mahmudah, azizah dan al-bir.
Dengan berpedoman kepada dua sumber ajaran islam tersebut, bisa dipahami bahwa adanya beberapa sifat seperti: sabar, tawakal, syukur, pemaaf, dan pemurah adalah termasuk berbagai sifat yang baik dan mulia(mahmudah). sebaliknya, bisa diartikan juga bahwa berbagai sifat seperti: syirik, kufur, nifaq, ‘ujub, taabur, dan hasad itu merupakan berbagai sifat tercela (mazmumah). Apabila adanya dua sumber rujukan itu tidak menegaskan terkait dengan adanya nilai dan berbagai sifat tersebut, rasio manusia mungkin saja memberikan penilian yang berbeda-beda.[8] Walaupun demikian, adanya setandar-setandar lain selain alquran assunnah sebagai rujukan untuk menentukan baik dan buruk akhlak manusia itu tidak dinafikan ole Islam. Setandar-setandar lain dalam islam yang dapat dijadika rujukan untuk menentukan baik dan buruk dalah berupa akal da nuranimanusia serta pandangan umum masyarakat. Melalui hati nurani, manusia dapat menetukan setandar baik dan buruk, sebab Alloh memberikan potensi dasar kepda manusia berupa aqidah dan  tauhid. Alloh berfirman dalam QS. surat al-a’rof:172:


قَالَ تَعَالَى: وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَومَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) الأعراف

  artinya:
“ Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak Adam dari sulbi mereka dan Alloh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: “Bukankah aku ini tuhanmu?” mereka menjawab: “betul( engakau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “ sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhdap ini (keesaan Tuhan)”.
Dalam ayat lain Alloh telah berfirman, surat al-Rum: 30

قال تعالى: فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (30) الروم: 30


artinya:
“ maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh ta’ala (tetaplah atas) fitrah Alloh yang telah menciptakan manusiamenurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan pada fitrah Alloh, itulah agama yg lurus, kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Ayat di atas bisa difahami bahwa: dengan fitrah tauhid seperti yang digmabarkan di atas, manusia akan menaruh rasa cinta pada kesucian dan mempunyai kecerendungan terhadap kebenaran. Hati sanubari manusia selalu mendambakan kebenaran, ingin selalu mengikutiberbagai ajaran islam yaitu perintah Alloh dan RosulNya, karena kebenaran itu tidak akan tercapai kecuali dengan kembali kepada Alloh, sebagai sumber kebenaran yang absolut. Namun demikian, perlu diketahui bahwa adanya fitrah manusia itu tidak  selalu dapat berfungsi dengan baik. Adanya pendidikan dan pengalaman manusia dapat mempengaruhi keberadaan fitrah manusia itu sendiri. dengan adanya pengaruh tersebut tidak sedikit fitrah manusia menjadi kotor dan tertutup sehingga tidak lagi dapat menentukan baik dan buruk dengan benar. Karena itulah setandar baik dan buruk tidak dapat diserahkan pada hati sanubari belaka, tetapi harus dikembalikan pada adanya Wahyu yang dijamin kebenarannya.[9]
Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam, ini dapat dilihat dari beberapa sebab:

1)      Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam diturunkan. Hal ini jelas dalam sabda Rasulullah: Maksudnya: Aku diutus hanyalah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.
2)      Islam menganggap orang yang paling tinggi darjat keimanan ialah mereka yang paling mulia akhlaknya. Dalam hadis telah dinyatakan: Maksudnya: Telah dikatakan Ya Rasulullah, mukmin yang manakah paling afdhal imannya, Rasulullah s.a.w. bersabda orang yang paling baik akhlaknya antara mereka.
3)      Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang baik. Dalam hadis telah dinyatakan bahawa telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. Maksudnya: Apakah Addin itu? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik Ini bererti bahawa akhlak itu dianggap sebagai rukun Islam.
4)      Islam menganggap bahawa akhlak yang baik adalah merupakan amalan yang utama dapat memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini telah dinyatakan dengan jelasnya dalam hadis Rasulullah: “Perkara yang lebih berat diletakkan dalam neraca hari akhirat ialah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”.
5)      Dalam ajaran Islam dinyatakan bahawa mereka yang berjaya memenangi kasih sayang Rasulullah dan mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan Rasulullah pada hari akhirat ialah orang yang lebih baik akhlaknya. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Maksudnya: Yang paling aku kasihi di antara kamu dan yang paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu”.[10]




                 Dalam ajaran islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa alquran dan Sunnah nabi Muhammad  shollallhu ‘alaihi wassalam. Baik dan buruk dalam akhlak islam ukurannya  adalah baik dan buruk menurut kedua sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurutukuran manusia. sebab jika ukurannya manusia, maka baik dan buruk itu bisa berbeda-beda.
                 Untuk menentukan kedudukan akhlak dalam ajaran islam, apakah termasuk akhlak mahmudah (mulia) atau akhlak madzmumah( tercela), sebagaimana keseluruan ajaran agama islam yang lain, sumbernya adalah Alquran dan Assunah. Penentuan mahmudah atau mazmumah  aatau dengan istilah baik dan buruk dalam kedudukan akhlak dalam islam itu ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua sumber tersebut, bukan baik dan buruk menurut ukuran rasio manusia.

B.     Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

C.    Penutup

Sekian yang bisa kami sampaikan dan jika ada kekurangan atau kekhilafan dari kami, kami mita maaf sebesar-besarnya karena kami cuma manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan.


Daftar Pustaka


Imam Malik. 1999. al-Muwattho’. Lebanon: dar Elkutub.
Iyad Qodi Ibn Musa Al Yahsubi. 2002. Keagungan Kekasih Allah ‘Muhammad Saw’. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Mustofa,HA. 2015. Akhlak tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. Hal. 11
Yazdi, Misbah. 2013. Meniru Tuhan. Jakarta: Al Huda. Hal. 1

Zahruddin dan Sinaga, Hasanuddin. 2000.Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers. Hal. 39
Zubaidi. 2015. Akhlak dan Tasawuf. Jogjakarta: Lingkar Media. Hal. 2




[1] Imam Malik bin Anas, al-Muwattho’, dar Elkutub, Lebanon, 1999.
[2] HA. Mustofa, Akhlak tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, Hal. 11
[3] M.T. Misbah Yazdi, Meniru Tuhan, Al Huda, Jakarta, Hal. 1
[4] Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Rajawali Pers, Jakarta, Hal. 39

[5] Dr. Zubaidi, M.Pd., Akhlak dan Tasawuf, Lingkar Media, Jogjakarta, Hal. 2
[6] DR. Marjuki, Akhlak Mulia (pengantar studi konsep-konsep etika dalam islam), hlm. 34
[7]  Ibid, hlm, 18-19
[8] ibid, hlm. 19-21
[9] Ibid.
[10] Iyad Qodi Ibn Musa Al Yahsubi. 2002. Keagungan Kekasih Allah ‘Muhammad Saw’. Jakarta : Raja Grafindo Persada